Implementasi Model Kepemimpinan Pendidikan Islam
Kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh semua orang dalam Melaksanakan aktivitas keseharian, dalam keluarga, masyarakat Secara umum, institusi pemerintahan, maupun dalam pendidikan dan sebagainya. Oleh karena itu pembahasan kepemimpinan akan selalu menjadi pembicaraan dan perbincangan yang menarik sehingga memunculkan berbagai macam pendapat dari tokoh pendidikan dalam membahas, mengkaji dan mendalami kepemimpinan. kepemimpinan ialah proses dan mempengaruhi, mengarah, mengkoordinasikan, semua aktivitas dalam organisasi atau kelompok untuk mencapai target yang sudah ditentukan.
bahwa kepemimpinan pendidikan ialah suatu proses dalam melakukan ajakan, pengaruh,pengarahan, koordinasi, penggerakan dan bimbingan kepada guru, semua tenaga kependidikan, siswa dan semua orang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai target pendidikan dengan kemauan dan kesadaran sendiri, tidak dipaksa atau ditekan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan masing-masing dengan penuh tanggung jawab.
Model Kepemimpinan Pendidikan Islam
Model kepemimpinan seorang pemimpin dalam pendidikan islam, yang disebut dengan kepala sekolah/madrasah, dikelompokkan ke dalam beberapa model yaitu:
1.Otokratis
Otokratis dapat diartikan tindakan menurut keinginan sendiri, setiap ide dan pemikiran dipandang benar, keras kepala, ananiyah (rasa “aku”) yang memaksakan untuk diterima semua ide dan keinginannya terhadap semua pihak, orang atau kelompok. Apabila sikap atau perilaku-perilaku itu ditunjukkan oleh seorang pemimpin, makadisebut dengan kepemimpinan otokratis atau kepemimpinan yang otoriter.
2.Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah adanya keterbukaan dan keinginan untuk memotivasikan pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama. Kepemimpinan demokratis ini berasumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, akan mencapai target dan tujuan pendidikan yang berkualitas. Pemimpin yang demokratis akan berusaha secara maksimal untuk melibatkan bawahan sesuai dengan kompetensi masing-masing.
3.Pseudo-demokratis
Kepemimpinan pseudo-demokratis sering dimaknai “topeng”. Seorang pemimpin yang pseudo-demokratis berpura-pura menunjukkan sifat dan sikap yang demokratis dalam kepemimpinannya, memberi hak kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memutuskan, menetapkan dan melaksanakan tugas, tetapi pada hakikatnya dia bekerja dengan penuh perhitungan,mengatur strategi dan siasat agar keinginannya dapat terwujud suatu saat.
4.Laissez faire
Laissez faire diartikan sebagai membiarkan orang berbuat sesuatu sesuai kehendaknya, pemimpin tidak memberikan koreksi dan kontrol pada pekerjaan anggota organisasi, membagi tugas pekerjaan dan kerja sama di pasrahkan penuh kepada anggota organisasi tanpa adanya petunjuk pelaksanaan atau saran atau pemimpin. Tanggung jawab dan kekuasaan simpang-siur, berserakan diantara anggota organisasi dan tidak merata, sehingga mudah kacau dan terjadi bentrokan. Keberhasilan organisasi disebabkan oleh kesadaran dan dedikasi yang tinggi dari beberapa anggota organisasi, bukan karena pengaruh dari pemimpin.
Nama : arina sabilina
Mpi 5