PERAN MAHASISWA DALAM MENCEGAH EKSTREMISME BERAGAMA DI KAMPUS

      


            Muhammad Abed Al-Jabiri menggunakan istilah ekstremisme Islam untuk menggambarkan kelompok Islam ekstrem yang biasanya mengarahkan permusuhan dan perlawanannya pada gerakan-gerakan Islam tengah atau moderat. Gerakan kaum ekstremis biasanya tertuju pada upaya merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah dengan menunggangi isu-isu agama sebagi isu ideologi gerakannya. Ekstremisme juga telah dijabarkan sebagai aktivitas-aktivitas (keyakinan, sikap, perasaan, tindakan, dan strategi-strategi) dari satu karakter yang melampaui batas kelumrahan

         Secara bahasa ekstrem pada Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai makna yaitu paling ujung (paling tinggi, paling keras, dan sebagainya), sangat keras dan teguh, fanatic. Ekstremisme beragama adalah suatu paham dengan fanatisme yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham tersebut menggunakan kekerasan terhadap orang yang tidak sepaham dengannya, untuk mengaktualisasikan paham yang dipercayainya agar diterima secara paksa. Sikap berlebihan/ekstrem adalah penyakit semua agama. Tidak hanya agama Islam, bahkan Nasrani, Budha, Yahudi dan agama lainnya juga memiliki penyakit ini. Fenomena ekstremisme sering disebut dengan radikalisme dan fundamentalisme. Radikal keagamaan ialah melakukan kekerasan atas nama agama. Radikalisme agama juga sering dikaitkan dengan fundamentalieme yaitu paham dan gerakannya bukan milik satu agama, tetapi dilakukan oleh banyak pemeluk agama seperti KristenKatolik, Islam, Hindu, Budha dan lainnya. Lahirnya tokoh ektremisme pada agama disebabkan karena kurangnya sifat toleransi sesama umat beragama.

        Ekstremisme beragama dapat memiliki dampak yang sangat luas dan berbahaya, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Diantaranya kehilangan nyawa, kekerasan,konflik sosial, diskriminasi, intoleransi, kerusakan citra agama, melemahnya nilai-nilai demokrasi, migrasi paksa, dan radikalisme generasi muda.Untuk mengatasi dampak ini, pendekatan yang melibatkan pendidikan, dialog antaragama, dan penegakan hukum yang adil sangat penting. Selain itu, peran pemimpin agama dalam mendorong toleransi dan kedamaian juga sangat krusial. Ekstremisme beragama tidak muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling terkait. Berikut adalah beberapa penyebab utama ekstremisme beragama:

  1. Pemahaman Agama yang Sempit; Penafsiran teks agama secara literal atau tanpa                            mempertimbangkan konteks sering kali menjadi dasar ekstremisme. Pemahaman agama yang sempit ini dapat membuat seseorang memandang perbedaan sebagai ancaman.
  2. Faktor Ekonomi dan Sosial; Kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan sosial dapat membuat individu merasa frustrasi dan rentan terhadap ideologi ekstremis yang menawarkan solusi radikal. Ketimpangan sosial yang ekstrem juga dapat memicu perasaan marah terhadap sistem yang dianggap tidak adil.
  3. Ketidakadilan Politik; Rezim otoriter, korupsi, atau marginalisasi kelompok tertentu sering kali memicu rasa ketidakpuasan yang dieksploitasi oleh ekstremis untuk merekrut pengikut. Kebijakan diskriminatif terhadap kelompok agama tertentu juga dapat memicu radikalisasi.
  4. Propaganda; Penyebaran ideologi ekstremis melalui media sosial, literatur, ceramah, atau kelompok-kelompok tertutup memainkan peran besar dalam mempengaruhi individu. Propaganda sering kali memanfaatkan narasi konflik, martir, dan ketidakadilan untuk membenarkan kekerasan. 
  5. Krisis Identitas: Individu yang merasa kehilangan identitas budaya atau agama sering kali mencari makna dan menemukan jawaban dalam ideologi ekstremis. Hal ini sering terjadi pada kelompok minoritas yang merasa terasing di tengah mayoritas.
  6. Rasa Superioritas Agama: Keyakinan bahwa agama atau kelompok tertentu lebih benar atau unggul dari yang lain dapat mendorong sikap intoleransi dan radikalisme.

        Pencegahan ekstremisme beragama memerlukan pendekatan multi-aspek, termasuk Peningkatan pendidikan yang mendorong toleransi dan pemikiran kritis. Dialog antaragama untuk mengurangi stereotip dan meningkatkan pemahaman, Peran pemimpin agama dalam mempromosikan pesan kedamaian dan moderasi. Adapun pencegahan Ekstremisme beragama yang bisa direalisasikan Mahasiswa di lingkungan kampus diantaranya :

  •  Menyelenggarakan seminar atau diskusi bahaya radikalisme,
  • Menanamkan nilai-nilai antiterorisme seperti menggunakan media untuk kampanye antiterorisme dan moderation,
  • Membangun komunikasi lintas kelompok agama, lintas budaya dan lintas etnis.
  • Mengikuti dialog antaragama untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama.
  • Mahasiswa dapat menghindari konten intoleran dan menghabiskan waktu dengan aktivitas positif
  • Menyebarkan semangat  toleransi



#Ainunfatin #STEMATU

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama